Karena naskah yang tersebar adalah
naskah dalam bahasa arab, maka kami terjemahkan ke dalam bahasa indonesia, agar
orang yang tidak mampu berbahasa arab pun bisa memahami isi naskah tersebut.
Berikut terjemahan isi naskah tersebut:
((Bila kita tidak mampu untuk
mengusung revolusi ini ke negara-negara tetangga yang muslim, tidak diragukan lagi
yang terjadi adalah sebaliknya, peradaban mereka -yang telah tercemar budaya
barat- akan menyerang dan menguasai kita.
Alhamdulillah, -berkat anugerah
Allah dan pengorbanan para pengikut imam yang pemberani- berdirilah sekarang di
Iran, Negara Syiah Itsna Asyariyyah (syiah pengikut 12 imam), setelah
perjuangan berabad-abad lamanya. Oleh karena itu, -atas dasar petunjuk para
pimpinan syi'ah yang mulia- kita mengemban amanat yang berat dan bahaya, yakni:
menggulirkan revolusi.
Kita harus akui, bahwa pemerintahan
kita adalah pemerintahan yang berasaskan madzhab syi'ah, disamping tugasnya
melindungi kemerdekaan negara dan hak-hak rakyatnya. Maka wajib bagi kita untuk
menjadikan pengguliran revolusi sebagai target yang paling utama.
Akan tetapi, karena melihat
perkembangan dunia saat ini dengan aturan UU antar negaranya, tidak mungkin
bagi kita, untuk menggulirkan revolusi ini, bahkan bisa jadi hal itu
mendatangkan resiko besar yang bisa membahayakan kelangsungan kita.
Karena alasan ini, maka -setelah
mengadakan tiga pertemuan, dan menghasilkan keputusan, yang disepakati oleh
hampir seluruh anggota-, kami menyusun strategi jangka panjang 50 tahun, yang
terdiri dari 5 tahapan, setiap tahapan berjangka 10 tahun, yang bertujuan untuk
menggulirkan revolusi islam ini, ke seluruh negara-negara tetangga, dan
menyatukan kembali dunia Islam (dengan men-syi'ah-kannya).
Karena bahaya yang kita hadapi dari
para pemimpin Wahabiah dan mereka yang berpaham ahlus sunnah, jauh lebih besar
dibandingkan bahaya yang datang dari manapun juga, baik dari timur maupun
barat, karena orang-orang Wahabi dan Ahlus Sunnah selalu menentang pergerakan
kita. Merekalah musuh utama Wilayatul Fakih dan para imam yang ma'shum, bahkan
mereka beranggapan bahwa menjadikan faham syi'ah sebagai landasan negara,
adalah hal yang bertentangan dengan agama dan adat, dengan begitu berarti
mereka telah memecah dunia Islam menjadi dua kubu yang saling bermusuhan.
Atas dasar ini:
Kita harus menambah kekuatan di
daerah-daerah berpenduduk Ahlus Sunnah di Iran, khususnya kota-kota perbatasan.
Kita harus menambah masjid-masjid dan husainiyyat kita di sana, disamping
menambah volume dan keseriusan dalam pengadaan acara-acara peringatan ritual
syi'ah.
Kita juga harus menciptakan iklim
yang kondusif, di kota-kota yang dihuni oleh 90-100 persen penduduk Ahlus
Sunnah, agar kita bisa mengirim dalam jumlah besar kader-kader syi'ah dari
berbagai kota dan desa pedalaman, ke daerah-daerah tersebut, untuk selamanya
tinggal, kerja, dan bisnis di sana.
Dan merupakan kewajiban negara dan
instansinya, untuk memberikan perlindungan langsung kepada mereka yang diutus
untuk menempati daerah itu, dengan tujuan agar dengan berlalunya waktu, mereka
bisa merebut jabatan pegawai di berbagai kantor, pusat pendidikan dan layanan
umum, yang masih di pegang oleh kaum Ahlus Sunnah.
Strategi yang kami buat untuk
pengguliran revolusi ini, -tidak seperti anggapan banyak kalangan- akan
membuahkan hasil, tanpa adanya kericuhan, pertumpahan darah, atau bahkan
perlawanan dari kekuatan terbesar dunia. Sungguh dana besar yang kita habiskan
untuk mendanai misi ini, tak akan hilang tanpa timbal-balik.
Teori Memperkuat Pilar-pilar Negara:
Kita tahu, bahwa kunci utama untuk
menguatkan pilar-pilar setiap negara, dan perlindungan terhadap rakyatnya,
berada pada tiga asas utama:
Pertama: Kekuatan yang dimiliki oleh
pemerintahan yang sedang berkuasa.
Kedua: Ilmu dan pengetahuan yang
dimiliki oleh para ulama dan penelitinya.
Ketiga: Ekonomi yang terfokus pada
kelompok pengusaha pemilik modal.
Apabila kita mampu menggoncang
pemerintahan, dengan cara memunculkan perseteruan antara ulama dan penguasanya,
atau memecah konsentrasi para pemilik modal di negara itu, dengan menarik
modalnya ke negara kita atau negara lain, tak diragukan lagi, kita telah
menciptakan keberhasilan yang gemilang dan menarik perhatian dunia, karena kita
telah meruntuhkan tiga pilar tersebut.
Adapun rakyat jelata setiap negara,
yang berjumlah rata-rata 70-80 persen, mereka hanyalah pengikut hukum dan
kekuatan yang menguasainya. Mereka disibukkan oleh tuntutan hidupnya, untuk
mencari rizki, makan dan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, mereka akan
membela siapa pun yang sedang berkuasa. Dan untuk mencapai atap setiap rumah,
kita harus menaiki tangga utamanya.
Tetangga-tetangga kita dari kaum
Ahlus Sunnah dan Wahabi adalah: Turki, Irak, Afganistan, Pakistan, dan banyak
negara kecil di pinggiran selatan, serta gerbangnya negara teluk persia, yang
tampak seakan negara-negara yang bersatu, padahal sebenarnya berpecah-belah.
Daerah-daerah ini, adalah kawasan yang sangat penting sekali, baik di masa
lalu, maupun di masa-masa yang akan datang. Ia juga ibarat kerongkongan dunia
di bidang minyak bumi. Tidak ada di muka bumi ini kawasan yang lebih sensitif
melebihinya. Para penguasa di kawasan ini memiliki taraf hidup yang tinggi,
karena penjualan minyak buminya.
Kategori Penduduk di Kawasan Ini
Penduduk di kawasan ini terbagi
dalam tiga golongan:
Pertama: Penduduk baduwi dan padang
pasir, yang telah ada sejak beratus-ratus tahun lalu.
Kedua: Pendatang yang hijrah dari
berbagai pulau dan pelabuhan, yang telah hijrah sejak zaman pemerintahan Syah
Isma'il as-Shofawi, dan terus berlangsung hingga zamannya Nadirsyah Afsyar,
Karim Khan Zind, Raja al-Qojar, dan keluarga al-Bahlawi. Dan telah banyak
perjalanan hijrah dari waktu ke waktu, sejak mulainya revolusi Islam.
Ketiga: Mereka yang berasal dari
negara arab lainnya, dan kota-kota pedalaman Iran.
Adapun lahan bisnis, perusahaan
ekspor impor dan kontraktor, biasanya dikuasai oleh selain penduduk asli.
Sedangkan penduduk asli, kebanyakan mereka hidup dari menyewakan lahan dan
jual-beli tanah. Mengenai para keluarga penguasa, biasanya mereka hidup dari
gaji pokok penjualan minyak buminya.
Adapun kerusakan masyarakat, budaya,
banyaknya praktik yang menyimpang dari islam, itu sangat jelas terlihat. Karena
mayoritas penduduk negara-negara ini, telah larut dalam kenikmatan dunia,
kefasikan dan perbuatan keji. Banyak dari mereka yang mulai membeli perumahan,
saham perusahaan, dan menyimpan modal usahanya di Eropa dan Amerika, khususnya
di Jepang, Inggris, Swedia, dan Swiss, karena kekhawatiran mereka akan
runtuhnya negara mereka di masa-masa mendatang. Sesungguhnya dengan menguasai
negara-negara ini, berarti kita telah menguasai setengah dunia.
Beberapa Tahapan Dalam Menggulirkan
Revolusi Ini
Untuk menjalankan misi panjang 50
tahun ini, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah: memperbaiki hubungan
kita dengan negara-negara tetangga, dan harus ada hubungan yang kuat dan sikap
saling menghormati, antara kita dengan mereka. Bahkan kita juga harus
memperbaiki hubungan kita dengan Irak, setelah perang berakhir dan Sadam Husein
jatuh, karena menjatuhkan seribu kawan itu lebih ringan, dibanding menjatuhkan
satu lawan.
Dengan adanya hubungan politik,
ekonomi dan budaya antara kita dengan mereka, tentunya akan masuk sekelompok
kader dari Iran ke negara-negara ini, sehingga memungkinkan kita untuk mengirim
para duta secara resmi, yang pada hakekatnya adalah pelaksana program revolusi
ini, selanjutnya kita akan tentukan misi khusus mereka saat menugaskan dan
mengirimkannya.
Janganlah kita beranggapan bahwa 50
tahun adalah waktu yang panjang, karena kesuksesan langkah kita ini benar-benar
membutuhkan perencanaan yang berkelanjutan hingga 20 tahun. Sungguh tersebarnya
paham syi'ah, yang kita rasakan di banyak negara saat ini, bukanlah buah dari
perencanaan 1 atau 2 hari.
Dulunya kita tidak memiliki seorang
pun pegawai di negara manapun, apalagi kader dengan jabatan menteri, wakil
negara dan presiden. Bahkan dulunya banyak kelompok, seperti Wahabiah,
Syafi'iah, Hanafiah, Malikiah, dan Hanbaliah, memandang kita sebagai kelompok
yang murtad dari Islam, sehingga pengikut mereka telah berkali-kali mengadakan
pemusnahan kaum syi'ah secara massal. Memang benar kita tidak merasakan
pahitnya hari-hari itu, tetapi nenek moyang kita pernah merasakannya. Kehidupan
kita hari ini adalah buah dari gagasan, pemikiran dan langkah mereka. Mungkin
juga kita tidak akan hidup di masa depan, akan tetapi revolusi dan madzhab kita
akan tetap ada.
Untuk menunaikan misi ini, tidaklah
cukup hanya dengan mengorbankan hidup, atau apapun yang paling berharga
sekalipun, akan tetapi juga membutuhkan pemrograman yang telah matang dikaji.
Harus ada perencanaan untuk masa
depan, walaupun untuk 500 tahun ke depan, apalagi hanya 50 tahun saja. Karena
kita adalah pewaris berjuta-juta syuhada', yang gugur di tangan setan-setan
yang mengaku muslim, darah mereka terus mengalir dalam sejarah, sejak
meninggalnya Rasul hingga hari ini. Dan cucuran darah itu tidak akan kering,
sehingga setiap orang yang mengaku muslim, meyakini hak Ali dan keluarga
Rasulullah, mengakui kesalahan nenek moyang mereka, dan mengakui syi'ah sebagai
pewaris utama ajaran Islam.
Beberapa Tahapan Penting Dalam
Perjalanan Misi Ini
Tahap Pertama (sepuluh tahun pertama):
Kita tidak ada masalah dalam
menyebarkan madzhab syi'ah di Afganistan, Pakistan, Turki, Iran dan Bahrain.
Karena itu, kita akan menjadikan tahapan sepuluh tahun kedua, sebagai tahapan
pertama di 5 negara ini.
Sedangkan tugas para duta kita di
belahan negara lain adalah tiga hal:
Pertama: Membeli lahan tanah,
perumahan dan perhotelan.
Kedua: Menyediakan lapangan
pekerjaan, kebutuhan hidup dan fasilitasnya kepada para pengikut paham syi'ah,
agar mereka mau hidup di rumah yang dibeli, sehingga bertambah banyak jumlah
penduduk yang sepaham dengan kita.
Ketiga: Membangun jaringan dan
relasi yang kuat dengan para pemodal di pasar dagang, dengan para pegawai
kantor, khususnya mereka yang menjabat sebagai kepala tinggi, dengan tokoh
publik dan dengan siapapun yang memiliki hak keputusan penuh di berbagai
instansi negara.
Di sebagian negara-negara ini, ada
beberapa daerah, yang sedang dalam proyek pengembangan, bahkan di sana ada
rencana proyek pengembangan untuk puluhan desa, kampung, dan kota kecil
lainnya. Tugas wajib para duta yang kita kirim adalah membeli sebanyak mungkin
rumah di desa itu, untuk kemudian dijual dengan harga yang pantas kepada orang
yang mau menjual hak miliknya di pusat kota. Sehingga dengan langkah ini, kota
yang padat penduduknya bisa kita rebut dari tangan mereka.
Tahap Kedua (sepuluh tahun kedua):
Kita harus mendorong masyarakat
syi'ah untuk menghormati UU, taat kepada para pelaksana UU dan pegawai negara,
serta berusaha mendapatkan surat ijin resmi untuk berbagai acara ritual syi'ah,
pendirian masjid, dan husainiyyat. Karena surat ijin resmi tersebut, akan kita
ajukan sebagai tanda bukti resmi di masa-masa mendatang untuk mengadakan
berbagai acara dengan bebas.
Kita juga harus berkonsentrasi pada
kawasan yang tinggi tingkat kepadatan penduduknya, untuk kita jadikan sebagai
tempat diskusi tentang masalah-masalah (syiah) yang sangat sensitif.
Para duta syi'ah, -pada dua tahapan
ini- diharuskan untuk mendapatkan kewarganegaraan dari negara yang
ditempatinya, dengan memanfaatkan relasi atau hadiah yang sangat berharga
sekalipun. Mereka juga harus mendorong para kadernya agar menjadi pegawai
negeri, dan segera masuk -khususnya- dalam barisan militer negara.
Pada pertengahan tahap kedua: Harus
dihembuskan -secara rahasia dan tidak langsung- isu bahwa ulama Ahlus Sunnah
dan Wahabiah adalah penyebab kerusakan di masyarakat, dan berbagai praktek
menyimpang syariat yang banyak terjadi di negara itu. Yaitu melalui
selebaran-selebaran yang berisi kritikan, dengan mengatas-namakan sebagian
badan keagamaan atau tokoh Ahlus Sunnah dari negara lain. Tak diragukan lagi,
ini akan memprovokasi sejumlah besar rakyat negara itu, sehingga pada akhirnya
mereka akan menangkap pimpinan agama atau figur Ahlus Sunnah yang dituduh itu,
atau kemungkinan lain; rakyat negara itu akan menolak isi selebaran itu, dan
para ulamanya akan membantahnya dengan sekuat tenaga. Dan setelah itu kita
munculkan banyak huru hara, yang akan berakibat pada diberhentikannya
penanggung jawab masalah itu, atau digantikannya dengan staf yang baru.
Langkah ini, akan menyebabkan
buruknya kepercayaan pemerintah kepada seluruh ulama di negaranya, sehingga
menjadikan mereka tidak bisa menyebarkan agama, membangun masjid dan pusat
pendidikan agama. Selanjutnya pemerintah akan menganggap seluruh ajakan yang
berbau agama sebagai bentuk pelanggaran terhadap peraturan negara.
Ditambah lagi, akan berkembang rasa
benci dan saling menjauh antara penguasa dengan ulama di negara itu, sehingga
Ahlus Sunnah dan Wahabiyah akan kehilangan pelindung mereka dari dalam, padahal
tidak mungkin ada orang yang melindungi mereka dari luar.
Tahap Ketiga (sepuluh tahun ketiga):
Pada tahap ini, telah terbangun
jaringan yang kuat, antara duta-duta kita dengan para pemilik modal dan pegawai
atasan, diantara mereka juga banyak yang telah masuk dalam barisan militer dan
jajaran pemerintahan, yang bekerja dengan penuh ketenangan dan hati-hati, tanpa
ikut campur dalam urusan agama, sehingga kepercayaan penguasa lebih meningkat
lagi dari sebelumnya.
Pada tahapan ini, di saat berkembangnya
perseteruan, perpecahan, dan iklim yang memanas antara penguasa dengan ulama,
maka diharuskan kepada sebagian ulama terkemuka syiah yang telah menjadi
penduduk negara itu, untuk mensosialisasikan keberpihakan mereka kepada
penguasa negara itu, khususnya pada musim-musim ritual keagamaan (syi'ah),
sekaligus menampakkan bahwa syi'ah adalah aliran yang tak membahayakan
pemerintahan mereka. Apabila situasi memungkinkan mereka untuk bersosialisasi
melalui media informasi yang ada, maka janganlah ragu-ragu memanfaatkannya
untuk menarik perhatian para penguasa, sehingga mereka senang dan menempatkan
kader kita pada jabatan pemerintahan, dengan tanpa ada rasa takut atau cemas
dari mereka.
Pada tahapan ini, dengan adanya
perubahan yang terjadi di banyak pelabuhan, pulau, dan kota lainnya di negara
kita, ditambah dengan devisa perbankan kita yang terus meningkat, kita akan
merencanakan langkah-langkah untuk menjatuhkan perekonomian negara-negara
tetangga. Tentu saja para pemilik modal dengan alasan keuntungan, keamanan dan
stabilitas ekonomi, akan mengirimkan seluruh rekening mereka ke negara kita;
dan ketika kita memberikan kebebasan kepada semua orang, dalam menjalankan
seluruh kegiatan ekonominya, dan pengelolaan rekening banknya di negara kita,
tentunya negara mereka akan menyambut rakyat kita, atau bahkan memberikan
kemudahan dalam kerjasama ekonomi.
Tahap Keempat (sepuluh tahun
keempat):
Pada tahap ini, telah terhampar di
depan kita fenomena; dimana banyak negara yang para penguasa dan ulamanya
saling bermusuhan, pebisnis yang hampir bangkrut dan lari, serta masyarakat
yang tak aman, sehingga siap menjual hak miliknya dengan separo harga
sekalipun, agar mereka bisa pindah ke daerah yang aman.
Di saat terjadinya kegentingan
inilah, para duta kita akan menjadi pelindung bagi hukum dan para penguasanya.
Apabila para duta itu bekerja dengan sungguh-sungguh, tentunya mereka akan
mendapatkan jabatan terpenting dalam pemerintahan dan kemiliteran, sehingga
dapat mempersempit jurang pemisah antara para pemilik perusahaan yang ada
dengan para penguasa.
Keadaan seperti ini, memungkinkan
kita untuk menuduh mereka yang bekerja dengan tulus untuk penguasa sebagai para
penghianat negara, dan ini akan menyebabkan diberhentikannya mereka atau bahkan
diusir dan diganti dengan kader kita.
Langkah ini akan membuahkan dua
keuntungan, pertama: Pengikut kita akan mendapat kepercayaan yang lebih baik
dari sebelumnya. Kedua: Kebencian ahlus sunnah akan semakin meningkat, karena
meningkatnya kekuatan syi'ah di berbagai instansi negara. Ini akan mendorong
ahlus sunnah untuk meningkatkan langkah menentang penguasa. Di saat seperti
itu, kader-kader kita harus bersanding membela penguasa, dan mengajak
masyarakat untuk berdamai dan tetap tenang. Dan pada saat yang bersamaan,
mereka akan membeli kembali rumah dan barang yang semula akan mereka
tinggalkan.
Tahap Kelima (sepuluh tahun
terakhir):
Pada sepuluh tahun kelima, tentunya
iklim dunia telah siap menerima revolusi, karena kita telah mengambil tiga
pilar utama dari mereka, yang meliputi: keamanan dan ketenangan dan kenyamanan.
Sedangkan pemerintahan yang berkuasa, akan menjadi seperti kapal ditengah badai
dan nyaris tenggelam, sehingga menerima semua masukan yang akan menyelamatkan
jiwanya.
Di saat seperti ini, kita akan
memberikan masukan melalui beberapa tokoh penting dan terkenal, untuk membentuk
himpunan rakyat dalam rangka memperbaiki keadaan negara, dan kita akan membantu
penguasa untuk mengawasi berbagai instansi dan mengamankan negara. Tak
diragukan lagi, tentunya mereka akan menerima usulan itu, sehingga para kader
pilihan kita akan mendapatkan hampir keseluruhan kursi di dalamnya. Kenyataan
ini tentu akan menyebabkan larinya para pengusaha, ulama dan pegawai setia
pemerintahan, sehingga kita akan dapat menggulirkan revolusi islam kita, ke
berbagai negara, tanpa menimbulkan peperangan atau pertumpahan darah.
Seandainya, pada sepuluh tahun
terakhir, rencana ini tidak membuahkan hasil, kita tetap bisa mengadakan
revolusi rakyat dan merebut kekuasaan dari tangan penguasa.
Apabila penganut syi'ah adalah
penduduk, penghuni dan rakyat negara itu, maka berarti kita telah menunaikan
kewajiban, yang bisa kita pertanggung-jawabkan di depan Allah, agama, dan
madzhab kita. Bukan tujuan kita untuk mengantarkan seseorang kepada tampuk
pimpinan, tetapi tujuan kita hanyalah menggulirkan revolusi, sehingga kita
mampu mengangkat bendera kemenangan agama tuhan ini, dan menampakkan
nilai-nilai kita di seluruh negara. Selanjutnya kita mampu maju melawan dunia
kafir dengan kekuatan yang lebih besar, dan menghias alam dengan cahaya Islam
dan ajaran syi'ah, sampai datangnya imam Mahdi yang dinantikan))
-selesai sudah naskah misi revolusi
itu-
Lihatlah wahai para pembaca...
betapa busuknya rencana mereka... betapa besarnya kebencian mereka terhadap
Ahlus Sunnah... Kita sekarang tahu bahwa Syi'ah bukanlah sekedar aliran paham
biasa, akan tetapi ia sekarang berubah menjadi aliran pergerakan politik yang
bisa merongrong eksistensi negara.. Lihatlah bagaimana mereka merencanakan
pengguliran revolusi sedikit demi sedikit, bagaimana mereka menjadikan dutanya
sebagai alat penyebar aliran, sekaligus alat politiknya.
Subhanallah... semoga Allah
menyelamatkan kita Ahlus Sunnah wal Jama'ah (ISLAM) dari tipu daya mereka.
Allah berfirman (yang artinya): "Mereka
membuat tipu daya, maka Allah pun membalas dengan tipu daya. Dan Allah adalah
sebaik-baik pembalas tipu daya..." (Qs Ali Imron: 54)
Semoga tulisan ini bisa menyadarkan
mereka yang menyuarakan, perlunya pendekatan antara Syi'ah dan Ahlus Sunnah.
Sungguh mengherankan, adakah yang
masih mengharapkan kebaikan dari kaum yang selalu berbohong atas Allah dan
Rasul-Nya... Adakah yang masih ingin membangun kerukunan dengan kaum yang
meyakini bahwa Al-Qur'an sudah tidak orisinil lagi... Adakah yang masih
mengharapkan bersanding dengan kaum yang mengkafirkan Abu Bakar, Umar, Utsman,
bahkan seluruh Sahabat Rasul, kecuali tiga saja (Salman al-Farisy, Miqdad dan
Abu Dzar)... Adakah yang masih berprasangka baik kepada kaum yang menuduh
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selama hidupnya telah berzina
dengan Aisyah... Adakah Ahlus Sunnah yang masih menganggap baik kaum yang telah
membunuh ratusan bahkan ribuan ulama Ahlus Sunnah di Iran dan negara lainnya...
Adakah Ahlus Sunnah yang masih toleran dengan kaum yang tidak mengizinkan satu
pun masjid Ahlus Sunnah di Teheran Ibu kota Iran.... Sungguh tidak pernah habis
rasa heran ini melihat kenyataan yang ada di lapangan...
Mungkin banyak diantara kita yang
tidak melihat bukti nyata dari omongan diatas... mungkin ada yang mengatakan
bahwa fakta di atas adalah sebatas tuduhan yang tak beralasan... tapi ingatlah
bahwa diantara inti ajaran kaum Syi'ah adalah TAKIYAH, yakni: membohongi publik
untuk keselamatan diri... ingatlah bahwa bohong semacam itu dalam akidah mereka
adalah amalan ibadah yang berpahala... Ingatlah hadits palsu yang selalu mereka
gembar-gemborkan: "Tidak punya agama, siapa pun yang tidak menerapkan
takyiah."
Ternyata selama ini, kita tidak
melihat kejanggalan yang ada pada mereka, disebabkan takiyah (baca: kebohongan)
mereka kepada kita... Ternyata selama ini tidak terlihat perbedaan yang
mendasar antara kita dan mereka, karena tabir tebal yang mereka gunakan untuk
menutupi kebusukan batin... Tapi itulah, sepandai-pandai tupai melompat pasti
akan jatuh juga... Selincah-lincah kuda berlari pasti akan terpeleset juga...
Inilah diantara bukti semerbaknya bau busuk mereka... Alhamdulillah..
awwalan wa aakhiron berkat Allah azza wa jall terbuka juga misi rahasia jangka
panjang mereka...
Subhanakallahumma wa bihamdika... wa
tabaarakasmuk wa ta'ala jadduk... wa laa ilaaha ghoiruk...
Sumber artikel: http://www.albayan-magazine.com/sereah.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar