Selasa, 10 September 2013

pemetaan



A. Pemetaan Terestris
Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan yang berpangkal di tanah.
A.1 Metode Pemetaan Terestris
                        1.  Penentuan Posisi Horizontal
            Posisi  horizontal  merupakan  posisi  dua  dimensi  dari  suatu  objek  di permukaan bumi yang diproyeksikan pada bidang datar. Terdapat tiga metode penentuan posisi horizontal:

a.    Poligon

Pada penentuan posisi horizontal dengan metode poligon, untuk menentukan posisi titik yang belum diketahui koordinatnya dari titik yang sudah diketahui koordinatnya, semua jarak dan sudut dalam poligon diukur. Poligon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu poligon tertutup dan poligon terbuka
.1 Penentuan Posisi Horizontal dengan

                                  Gambar                                                             metode poligon




















b.    Triangulasi

Untuk   menentukan   posisi   horizontal   dari   suatu   titik   dengan   metode triangulasi, semua sudut dalam segitiga dan salah satu sisi segitiga jaraknya harus diketahui.


Gambar 2 Penentuan Posisi Horizontal dengan Metode Triangulasi

c.    Trilaterasi

Pada metode trilaterasi semua sisi dari segitiga harus diukur jaraknya untuk mendapatkan posisi horizontal dari suatu titik.
Gambar . Penentuan Posisi Horizontal dengan Metode Trilaterasi


2.  Penentuan Posisi Vertikal
  a. Differential Leveling
Penentuan  posisi  vertikal  dengan  metode  differential  leveling  dilakukan

     dengan alat sipat datar

Gambar . Differential Leveling
                                         
b.  Trigonometric Leveling

Alat  yang  digunakan  untuk  penentuan  posisi  vertikal  dengan metode trigonometric leveling adalah teodolit.

Gambar. Trigonometric Leveling


c.   Total Station

Total Station merupakan alat pengukur jarak dan arah (sudut horizontal dan sudut vertikal) otomatis. Alat total station dilengkapi dengan chip memori, sehingga data pengukuran sudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian di-download dan diolah secara computerize. Dengan menggunakan total station, human error (kesalahan membaca dan mencatat) dapat diminimalisasi, karena semua data disimpan dalam format digital.



B. Pemetaan Ekstraterestris
Pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di tanah  tapi  dilakukan  dengan  menggunakan  bantuan  wahana  (pesawat  terbang, pesawat ulang-alik maupun satelit).
B.1 Metode Pemetaan Ekstraterestris

1.  Fotogrametri

Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu objek fisik dan lingkungannya melalui proses perekaman, pengamatan/pengukuran dan interpretasi fotogrametris. Definisi tersebut mencakup dua bidang kajian, yakni:
a.    Fotogrametri  metrik,  berkaitan  dengan  pengukuran/pengamatan  presisi untuk menentukan ukuran dan bentuk objek.
b.    Fotogrametri interpretatif, berhubungan dengan pengenalan dan identifikasi objek.
Pemetaan fotogrametris menggunakan foto udara sebagai sumber data utama. Kualitas peta atau informasi yang dihasilkan sangat bergantung pada kualitas metrik dan gambar (pictorial quality) dari sumber data tersebut. Pengadaan foto udara biasanya berawal dari tujuan peruntukannya. Misalnya untuk keperluan feasibility study, informasi yang diperlukan tidak perlu akurat, namun keragaman informasinya lebih diutamakan. Berbeda dengan pembuatan rancangan detail (detail design)  atau  konstruksi,  informasi  yang  dibutuhkan  harus  mempunyai  tingkat ketelitian geometrik yang baik.
Untuk keperluan identifikasi objek dan memperkirakan signifikansinya maka diperlukan suatu pekerjaan pencermatan (ac of examining) yang dikenal dengan interpretasi foto udara. Dikaitkan dengan perkembangan penginderaan jauh pada saat ini, istilah interpretasi foto telah diganti menjadi analisis citra (image analysis) dan interpreter foto (photo interpreter). Penggunaan sumber data juga berganti dari istilah foto udara menjadi citra inderaja (remote sensing image).
Interpretasi foto udara banyak digunakan untuk berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. Aplikasi dalam berbagai bidang antara lain: pertanian, teknik lingkungan, ekologi, kehutanan, meteorologi, militer, manajemen sumber daya alam, ilmu tanah, perencanaan wilayah dan kota. Untuk memperoleh informasi spasial dilakukan dengan teknik interpretasi foto/citra, sedangkan untuk referensi geografinya dapat diperoleh dengan cara fotogrametri.
Interpretasi foto dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan bantuan komputer. Salah satu alat interpretasi foto udara konvensional adalah stereoskop. Dalam melakukan interpretasi foto terdapat kunci dasar untuk mengenali suatu objek atau fenomena. Kunci dasar interpretasi foto tersebut adalah: ukuran (size), bentuk (shape), bayangan (shadow), derajat kehitaman dan warna (tone and color), derajat kehalusan (tekstur), pola (patern), tinggi (height), lokasi (site) dan keterkaitan (associaion). Kesembilan kunci dasar

 interpretasi foto tersebut diperkenalkan oleh Raben (1960), Estes dan Simonett (1975).
Gambar . Stereoskop





























2.  Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand/Kiefer, 1990). Alat yang dimaksud adalah alat pengindera atau sensor. Pada umumnya sensor tersebut dipasang di atas wahana yang berupa pesawat terbang, pesawat ulang alik, dan satelit.
Pengumpulan dan perekaman data penginderaan jauh dapat dilakukan dengan tiga variasi, yaitu distribusi daya, distribusi gelombang bunyi dan ditribusi energi elektromagnetik, namun yang sering digunakan dan paling dikenal adalah penginderaan jauh dengan energi elektromagnetik.
Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah mengumpulkan data mengenai sumber  daya  alam  dan  lingkungan.  Informasi  tentang  objek  disampaikan  ke pengamat   melalui   energi   elektromagnetik   yang   berfungsi   sebagai   pembawa informasi             dan penghubung komunikasi. Data yang dihasilkan                      dari teknik pengindaraan jauh berupa beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasikan sehingga diperoleh informasi yang dapat digunakan untuk aplikasi dibidang  pertanian,  kehutanan,  geografi,  geologi,  perencanaan,  arkeologi  dan bidang-bidang lain.

Gambar . Contoh Citra Satelit





 


A. Pemetaan Terestris
Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan yang berpangkal di tanah.
A.1 Metode Pemetaan Terestris
                        1.  Penentuan Posisi Horizontal
            Posisi  horizontal  merupakan  posisi  dua  dimensi  dari  suatu  objek  di permukaan bumi yang diproyeksikan pada bidang datar. Terdapat tiga metode penentuan posisi horizontal:

a.    Poligon

Pada penentuan posisi horizontal dengan metode poligon, untuk menentukan posisi titik yang belum diketahui koordinatnya dari titik yang sudah diketahui koordinatnya, semua jarak dan sudut dalam poligon diukur. Poligon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu poligon tertutup dan poligon terbuka
.1 Penentuan Posisi Horizontal dengan


                                  Gambar                                                             metode poligon




















b.    Triangulasi

Untuk   menentukan   posisi   horizontal   dari   suatu   titik   dengan   metode triangulasi, semua sudut dalam segitiga dan salah satu sisi segitiga jaraknya harus diketahui.


Gambar 2 Penentuan Posisi Horizontal dengan Metode Triangulasi

c.    Trilaterasi

Pada metode trilaterasi semua sisi dari segitiga harus diukur jaraknya untuk mendapatkan posisi horizontal dari suatu titik.
Gambar . Penentuan Posisi Horizontal dengan Metode Trilaterasi


2.  Penentuan Posisi Vertikal
  a. Differential Leveling
Penentuan  posisi  vertikal  dengan  metode  differential  leveling  dilakukan

     dengan alat sipat datar

Gambar . Differential Leveling
                                         
b.  Trigonometric Leveling

Alat  yang  digunakan  untuk  penentuan  posisi  vertikal  dengan metode trigonometric leveling adalah teodolit.

Gambar. Trigonometric Leveling


c.   Total Station

Total Station merupakan alat pengukur jarak dan arah (sudut horizontal dan sudut vertikal) otomatis. Alat total station dilengkapi dengan chip memori, sehingga data pengukuran sudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian di-download dan diolah secara computerize. Dengan menggunakan total station, human error (kesalahan membaca dan mencatat) dapat diminimalisasi, karena semua data disimpan dalam format digital.



B. Pemetaan Ekstraterestris
Pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di tanah  tapi  dilakukan  dengan  menggunakan  bantuan  wahana  (pesawat  terbang, pesawat ulang-alik maupun satelit).
B.1 Metode Pemetaan Ekstraterestris

1.  Fotogrametri

Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu objek fisik dan lingkungannya melalui proses perekaman, pengamatan/pengukuran dan interpretasi fotogrametris. Definisi tersebut mencakup dua bidang kajian, yakni:
a.    Fotogrametri  metrik,  berkaitan  dengan  pengukuran/pengamatan  presisi untuk menentukan ukuran dan bentuk objek.
b.    Fotogrametri interpretatif, berhubungan dengan pengenalan dan identifikasi objek.
Pemetaan fotogrametris menggunakan foto udara sebagai sumber data utama. Kualitas peta atau informasi yang dihasilkan sangat bergantung pada kualitas metrik dan gambar (pictorial quality) dari sumber data tersebut. Pengadaan foto udara biasanya berawal dari tujuan peruntukannya. Misalnya untuk keperluan feasibility study, informasi yang diperlukan tidak perlu akurat, namun keragaman informasinya lebih diutamakan. Berbeda dengan pembuatan rancangan detail (detail design)  atau  konstruksi,  informasi  yang  dibutuhkan  harus  mempunyai  tingkat ketelitian geometrik yang baik.
Untuk keperluan identifikasi objek dan memperkirakan signifikansinya maka diperlukan suatu pekerjaan pencermatan (ac of examining) yang dikenal dengan interpretasi foto udara. Dikaitkan dengan perkembangan penginderaan jauh pada saat ini, istilah interpretasi foto telah diganti menjadi analisis citra (image analysis) dan interpreter foto (photo interpreter). Penggunaan sumber data juga berganti dari istilah foto udara menjadi citra inderaja (remote sensing image).
Interpretasi foto udara banyak digunakan untuk berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. Aplikasi dalam berbagai bidang antara lain: pertanian, teknik lingkungan, ekologi, kehutanan, meteorologi, militer, manajemen sumber daya alam, ilmu tanah, perencanaan wilayah dan kota. Untuk memperoleh informasi spasial dilakukan dengan teknik interpretasi foto/citra, sedangkan untuk referensi geografinya dapat diperoleh dengan cara fotogrametri.
Interpretasi foto dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan bantuan komputer. Salah satu alat interpretasi foto udara konvensional adalah stereoskop. Dalam melakukan interpretasi foto terdapat kunci dasar untuk mengenali suatu objek atau fenomena. Kunci dasar interpretasi foto tersebut adalah: ukuran (size), bentuk (shape), bayangan (shadow), derajat kehitaman dan warna (tone and color), derajat kehalusan (tekstur), pola (patern), tinggi (height), lokasi (site) dan keterkaitan (associaion). Kesembilan kunci dasar

 interpretasi foto tersebut diperkenalkan oleh Raben (1960), Estes dan Simonett (1975).
Gambar . Stereoskop





























2.  Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand/Kiefer, 1990). Alat yang dimaksud adalah alat pengindera atau sensor. Pada umumnya sensor tersebut dipasang di atas wahana yang berupa pesawat terbang, pesawat ulang alik, dan satelit.
Pengumpulan dan perekaman data penginderaan jauh dapat dilakukan dengan tiga variasi, yaitu distribusi daya, distribusi gelombang bunyi dan ditribusi energi elektromagnetik, namun yang sering digunakan dan paling dikenal adalah penginderaan jauh dengan energi elektromagnetik.
Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah mengumpulkan data mengenai sumber  daya  alam  dan  lingkungan.  Informasi  tentang  objek  disampaikan  ke pengamat   melalui   energi   elektromagnetik   yang   berfungsi   sebagai   pembawa informasi             dan penghubung komunikasi. Data yang dihasilkan                      dari teknik pengindaraan jauh berupa beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasikan sehingga diperoleh informasi yang dapat digunakan untuk aplikasi dibidang  pertanian,  kehutanan,  geografi,  geologi,  perencanaan,  arkeologi  dan bidang-bidang lain.

Gambar . Contoh Citra Satelit


Tidak ada komentar:

Posting Komentar