A. Pemetaan Terestris
Pemetaan terestris merupakan
pemetaan yang dilakukan dengan
menggunakan peralatan yang berpangkal di tanah.
A.1 Metode Pemetaan Terestris
1. Penentuan Posisi Horizontal
Posisi horizontal
merupakan posisi
dua dimensi
dari suatu
objek di permukaan bumi yang diproyeksikan pada bidang datar. Terdapat tiga metode penentuan posisi horizontal:
a. Poligon
Pada penentuan posisi horizontal dengan metode
poligon, untuk menentukan
posisi titik yang belum diketahui
koordinatnya dari titik yang sudah
diketahui
koordinatnya, semua jarak dan
sudut dalam poligon diukur. Poligon
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
poligon tertutup dan poligon terbuka
.1 Penentuan Posisi Horizontal dengan
|
|
b. Triangulasi
Untuk menentukan posisi horizontal dari suatu titik dengan metode
triangulasi, semua sudut dalam segitiga dan salah satu sisi segitiga
jaraknya harus
diketahui.
Gambar 2 Penentuan Posisi Horizontal dengan Metode
Triangulasi
c. Trilaterasi
Pada metode trilaterasi semua sisi dari segitiga harus diukur jaraknya untuk
mendapatkan posisi
horizontal
dari
suatu titik.
Gambar . Penentuan Posisi Horizontal dengan Metode Trilaterasi
2. Penentuan Posisi
Vertikal
a. Differential Leveling
Penentuan
posisi
vertikal dengan
metode differential
leveling
dilakukan
dengan alat sipat datar
Gambar . Differential Leveling
|
b. Trigonometric Leveling
Alat yang digunakan
untuk penentuan posisi
vertikal
dengan
metode trigonometric leveling adalah teodolit.
Gambar. Trigonometric Leveling
c. Total
Station
Total Station merupakan alat pengukur jarak dan arah (sudut horizontal dan sudut vertikal) otomatis.
Alat total station dilengkapi dengan chip memori, sehingga data pengukuran sudut
dan
jarak dapat disimpan untuk kemudian di-download dan diolah secara computerize. Dengan menggunakan
total station, human error
(kesalahan membaca dan mencatat) dapat diminimalisasi, karena semua data
disimpan
dalam format digital.
B. Pemetaan Ekstraterestris
Pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di
tanah
tapi
dilakukan dengan
menggunakan
bantuan
wahana (pesawat
terbang,
pesawat ulang-alik maupun satelit).
B.1 Metode Pemetaan Ekstraterestris
1. Fotogrametri
Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai
suatu seni, pengetahuan dan
teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu objek fisik dan
lingkungannya melalui proses perekaman, pengamatan/pengukuran dan
interpretasi fotogrametris. Definisi tersebut
mencakup dua
bidang kajian, yakni:
a. Fotogrametri metrik, berkaitan
dengan pengukuran/pengamatan
presisi
untuk menentukan ukuran dan bentuk objek.
b. Fotogrametri interpretatif, berhubungan dengan pengenalan dan identifikasi objek.
Pemetaan fotogrametris menggunakan foto udara sebagai sumber data
utama. Kualitas
peta atau informasi
yang dihasilkan sangat bergantung pada kualitas
metrik dan gambar (pictorial quality)
dari sumber data tersebut. Pengadaan foto
udara biasanya berawal
dari tujuan peruntukannya. Misalnya untuk keperluan feasibility study, informasi
yang diperlukan
tidak perlu akurat, namun
keragaman
informasinya lebih diutamakan. Berbeda dengan
pembuatan rancangan detail (detail design)
atau konstruksi, informasi
yang
dibutuhkan
harus
mempunyai tingkat ketelitian geometrik yang baik.
Untuk keperluan identifikasi objek dan memperkirakan signifikansinya maka diperlukan
suatu
pekerjaan
pencermatan
(ac of examining) yang dikenal
dengan
interpretasi foto udara. Dikaitkan dengan perkembangan penginderaan jauh pada saat ini, istilah interpretasi foto telah diganti menjadi analisis citra (image analysis)
dan
interpreter foto
(photo interpreter). Penggunaan sumber data juga berganti dari istilah foto udara menjadi citra inderaja (remote sensing image).
Interpretasi foto udara banyak digunakan untuk berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. Aplikasi
dalam berbagai bidang antara lain:
pertanian,
teknik lingkungan, ekologi,
kehutanan, meteorologi, militer, manajemen sumber
daya alam, ilmu
tanah, perencanaan wilayah dan kota. Untuk
memperoleh informasi spasial dilakukan
dengan teknik interpretasi
foto/citra, sedangkan untuk referensi geografinya
dapat diperoleh dengan cara fotogrametri.
Interpretasi foto dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan
bantuan komputer. Salah satu alat interpretasi foto udara
konvensional adalah
stereoskop. Dalam melakukan interpretasi
foto terdapat kunci dasar untuk mengenali suatu objek atau
fenomena. Kunci dasar interpretasi foto tersebut adalah: ukuran (size), bentuk (shape), bayangan (shadow), derajat kehitaman
dan warna (tone
and color), derajat kehalusan (tekstur), pola (patern), tinggi (height), lokasi
(site) dan
keterkaitan (associaion). Kesembilan kunci dasar
interpretasi foto
tersebut diperkenalkan oleh Raben
(1960),
Estes dan Simonett (1975).
Gambar
. Stereoskop
|
|
2. Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni
untuk memperoleh informasi
tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau
fenomena
yang dikaji (Lillesand/Kiefer, 1990).
Alat yang dimaksud adalah alat pengindera atau
sensor. Pada umumnya sensor
tersebut dipasang di atas wahana yang berupa pesawat terbang, pesawat ulang alik,
dan satelit.
Pengumpulan dan perekaman data penginderaan jauh dapat dilakukan
dengan
tiga variasi, yaitu distribusi
daya, distribusi gelombang bunyi dan ditribusi energi
elektromagnetik,
namun yang sering digunakan dan paling dikenal adalah penginderaan jauh dengan
energi
elektromagnetik.
Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah
mengumpulkan data mengenai
sumber daya alam
dan lingkungan. Informasi
tentang
objek disampaikan
ke pengamat melalui energi elektromagnetik yang berfungsi sebagai pembawa informasi dan penghubung komunikasi. Data yang dihasilkan dari teknik pengindaraan jauh berupa beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses
dan diinterpretasikan sehingga diperoleh informasi yang dapat digunakan untuk aplikasi
dibidang pertanian,
kehutanan, geografi,
geologi, perencanaan, arkeologi
dan bidang-bidang lain.
Gambar . Contoh Citra Satelit
A. Pemetaan Terestris
Pemetaan terestris merupakan
pemetaan yang dilakukan dengan
menggunakan peralatan yang berpangkal di tanah.
A.1 Metode Pemetaan Terestris
1. Penentuan Posisi Horizontal
Posisi horizontal
merupakan posisi
dua dimensi
dari suatu
objek di permukaan bumi yang diproyeksikan pada bidang datar. Terdapat tiga metode penentuan posisi horizontal:
a. Poligon
Pada penentuan posisi horizontal dengan metode
poligon, untuk menentukan
posisi titik yang belum diketahui
koordinatnya dari titik yang sudah
diketahui
koordinatnya, semua jarak dan
sudut dalam poligon diukur. Poligon
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
poligon tertutup dan poligon terbuka
.1 Penentuan Posisi Horizontal dengan
|
b. Triangulasi
Untuk menentukan posisi horizontal dari suatu titik dengan metode
triangulasi, semua sudut dalam segitiga dan salah satu sisi segitiga
jaraknya harus
diketahui.
Gambar 2 Penentuan Posisi Horizontal dengan Metode
Triangulasi
c. Trilaterasi
Pada metode trilaterasi semua sisi dari segitiga harus diukur jaraknya untuk
mendapatkan posisi
horizontal
dari
suatu titik.
Gambar . Penentuan Posisi Horizontal dengan Metode Trilaterasi
2. Penentuan Posisi
Vertikal
a. Differential Leveling
Penentuan
posisi
vertikal dengan
metode differential
leveling
dilakukan
dengan alat sipat datar
Gambar . Differential Leveling
|
b. Trigonometric Leveling
Alat yang digunakan
untuk penentuan posisi
vertikal
dengan
metode trigonometric leveling adalah teodolit.
Gambar. Trigonometric Leveling
c. Total
Station
Total Station merupakan alat pengukur jarak dan arah (sudut horizontal dan sudut vertikal) otomatis.
Alat total station dilengkapi dengan chip memori, sehingga data pengukuran sudut
dan
jarak dapat disimpan untuk kemudian di-download dan diolah secara computerize. Dengan menggunakan
total station, human error
(kesalahan membaca dan mencatat) dapat diminimalisasi, karena semua data
disimpan
dalam format digital.
B. Pemetaan Ekstraterestris
Pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di
tanah
tapi
dilakukan dengan
menggunakan
bantuan
wahana (pesawat
terbang,
pesawat ulang-alik maupun satelit).
B.1 Metode Pemetaan Ekstraterestris
1. Fotogrametri
Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai
suatu seni, pengetahuan dan
teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu objek fisik dan
lingkungannya melalui proses perekaman, pengamatan/pengukuran dan
interpretasi fotogrametris. Definisi tersebut
mencakup dua
bidang kajian, yakni:
a. Fotogrametri metrik, berkaitan
dengan pengukuran/pengamatan
presisi
untuk menentukan ukuran dan bentuk objek.
b. Fotogrametri interpretatif, berhubungan dengan pengenalan dan identifikasi objek.
Pemetaan fotogrametris menggunakan foto udara sebagai sumber data
utama. Kualitas
peta atau informasi
yang dihasilkan sangat bergantung pada kualitas
metrik dan gambar (pictorial quality)
dari sumber data tersebut. Pengadaan foto
udara biasanya berawal
dari tujuan peruntukannya. Misalnya untuk keperluan feasibility study, informasi
yang diperlukan
tidak perlu akurat, namun
keragaman
informasinya lebih diutamakan. Berbeda dengan
pembuatan rancangan detail (detail design)
atau konstruksi, informasi
yang
dibutuhkan
harus
mempunyai tingkat ketelitian geometrik yang baik.
Untuk keperluan identifikasi objek dan memperkirakan signifikansinya maka diperlukan
suatu
pekerjaan
pencermatan
(ac of examining) yang dikenal
dengan
interpretasi foto udara. Dikaitkan dengan perkembangan penginderaan jauh pada saat ini, istilah interpretasi foto telah diganti menjadi analisis citra (image analysis)
dan
interpreter foto
(photo interpreter). Penggunaan sumber data juga berganti dari istilah foto udara menjadi citra inderaja (remote sensing image).
Interpretasi foto udara banyak digunakan untuk berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. Aplikasi
dalam berbagai bidang antara lain:
pertanian,
teknik lingkungan, ekologi,
kehutanan, meteorologi, militer, manajemen sumber
daya alam, ilmu
tanah, perencanaan wilayah dan kota. Untuk
memperoleh informasi spasial dilakukan
dengan teknik interpretasi
foto/citra, sedangkan untuk referensi geografinya
dapat diperoleh dengan cara fotogrametri.
Interpretasi foto dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan
bantuan komputer. Salah satu alat interpretasi foto udara
konvensional adalah
stereoskop. Dalam melakukan interpretasi
foto terdapat kunci dasar untuk mengenali suatu objek atau
fenomena. Kunci dasar interpretasi foto tersebut adalah: ukuran (size), bentuk (shape), bayangan (shadow), derajat kehitaman
dan warna (tone
and color), derajat kehalusan (tekstur), pola (patern), tinggi (height), lokasi
(site) dan
keterkaitan (associaion). Kesembilan kunci dasar
interpretasi foto
tersebut diperkenalkan oleh Raben
(1960),
Estes dan Simonett (1975).
Gambar
. Stereoskop
|
2. Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni
untuk memperoleh informasi
tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau
fenomena
yang dikaji (Lillesand/Kiefer, 1990).
Alat yang dimaksud adalah alat pengindera atau
sensor. Pada umumnya sensor
tersebut dipasang di atas wahana yang berupa pesawat terbang, pesawat ulang alik,
dan satelit.
Pengumpulan dan perekaman data penginderaan jauh dapat dilakukan
dengan
tiga variasi, yaitu distribusi
daya, distribusi gelombang bunyi dan ditribusi energi
elektromagnetik,
namun yang sering digunakan dan paling dikenal adalah penginderaan jauh dengan
energi
elektromagnetik.
Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah
mengumpulkan data mengenai
sumber daya alam
dan lingkungan. Informasi
tentang
objek disampaikan
ke pengamat melalui energi elektromagnetik yang berfungsi sebagai pembawa informasi dan penghubung komunikasi. Data yang dihasilkan dari teknik pengindaraan jauh berupa beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses
dan diinterpretasikan sehingga diperoleh informasi yang dapat digunakan untuk aplikasi
dibidang pertanian,
kehutanan, geografi,
geologi, perencanaan, arkeologi
dan bidang-bidang lain.
Gambar . Contoh Citra Satelit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar